Rumah Karya Indonesia atau sering disebut RKI, organisasi berisi kumpulan para seniman dari berbagai disiplin ilmu telah lahir dan berproses menghadirkan ruang-ruang baru, ruang-ruang kreatif dan pertunjukkan di Kota Medan dan kawasan kabupaten/kota sekitaran Danau Toba. Sesuai dengan semangat ikhwal organisasi ini dibentuk, mimpinya adalah menjadi ruang kolaborasi para seniman yang dapat melahirkan festival yang bisa menjadi perjumpaan semangat para anak muda untuk berkarya dan mengembangkan potensi diri.
Jong Batak’s Arts Festival (JBAF) menjadi festival pertama RKI, pada tahun 2025 ini menjadi tahun ke-12 JBAF dilaksanakan di Kota Medan, dengan tema “Pangan Nusantara”. Rumah Karya Indonesia meyakini bahwa, Indonesia dengan ribuan pulau dan beragam suku bangsa, sangatlah kaya dengan keanekaragaman budaya dan hal ini dapat ditemukan di Sumatera Utara dan kehidupan Masyarakat Batak. Hal inilah yang mendasari Rumah Karya Indonesia, masih setia untuk terus menggali, mengeksplorasi dan menghadirkan festival JBAF, ujar Ojax Manalu (Direktur Rumah Karya Indonesia).
Jong Batak’s Arts Festival, adalah festival pertama Rumah Karya Indonesia, melintasi waktu 12 Tahun dengan berbagai tema yang sudah dilaksanakan. Ojax Manalu menambahkan, tahun 2025 ini, kajian kebudayaan festivalnya digali lebih dalam, tradisi kuliner, pangan lokal di Sumatera Utara, yang menjadi warisan budaya selama ribuan tahun yang masih dipertahankan sampai sekarang.
Pada Jumat, 31 Januari 2025 Pukul 19.00 WIB di Ruang Publik Teras Rumah Karya Indonesia, dilaksanakan diskusi “Pangan Lokal, Sejarah dan Aspek Budaya”. Diskusi ini adalah bagian dari rangkaian Jong Batak’s Arts Festival. Diskusi ini akan menggali perkembangan pangan lokal di Sumatera Utara, analisa aspek budaya dalam pangan lokal dan tantangan pangan lokal kedepannya. Hal ini disampaikan oleh Audrin Manurung selaku Direktur Jong Batak’s Arts Festival.
Hadir juga narasumber hebat, Prof. Dr. Ir. Posman Sibuea, M.S., dosen yang ahli dalam bidang pangan dan diskusi dipandu Ibnu Avena, M.Si., seorang dosen antropolog di universitas kenamaan Sumatera Utara. Apa yang menjadi pokok pembahasan dalam diskusi ini tentunya akan sangat membantu dalam pelaksanaan Jong Batak’s Arts Festival dan nantinya akan dikembangkan lagi dengan paduan pertunjukkan seni dan budaya, ujar Audrin Manurung.
Kehadiran rangkaian diskusi Pangan Nusantara sebagai program JBAF 2025 adalah membuka celah alternatif tentang pangan sebagai soft-campaign antara sumber pangan, manusia, produksi yang dibalut lewat pertunjukan seni-budaya dan diskusi yang akan hadir setiap bulannya.
Besar harapan, pada tahun 2025 Jong Batak’s Arts Festival dapat terlaksana dengan baik, terlebih dengan kerjasama berbagai pihak dan memang festival kali ini sangatlah nuansa baru dan berbeda dengan 11 tahun sebelumnya. Ini menjadi geliat dan nafas baru Jong Batak’s Arts Festival, dan buat para pendukung dan para peserta, penonton festival, kalian bisa mengikuti perkembangannya di akun sosial media Rumah Karya Indonesia dan Jong Batak’s Arts Festival.
