Jong Batak’s Arts Festival (JBAF) #12 resmi menutup rangkaian perhelatan seni yang telah berlangsung sejak 18 Oktober dengan penuh semangat dan refleksi. Hari ke-11 menjadi puncak sekaligus penutup festival, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, menghadirkan berbagai kegiatan yang menggugah kesadaran budaya, literasi, dan kebersamaan lintas generasi.
Rangkaian acara dimulai dengan sesi Ngobrol Buku bersama penulis dan pegiat sastra dalam pembahasan buku “Gastronomi Sastra”. Percakapan ini membuka ruang dialog antara tradisi kuliner dan narasi sastra sebagai bagian dari identitas kebangsaan dan warisan budaya yang terus hidup dalam karya.
Selanjutnya, penonton diajak merenung melalui pemutaran film “Limbah Peradaban”, sebuah film dokumenter yang merefleksikan hubungan manusia dengan alam, konsumsi, dan tanggung jawab ekologis dalam arus modernitas.
Puncak malam ditandai dengan refleksi Sumpah Pemuda, di mana semangat persatuan dan kreativitas anak muda kembali digelorakan di tengah ruang seni. Sebagai penutup yang meriah, Punxgoaran tampil membakar panggung dengan energi khasnya — menggabungkan semangat punk, bunyi-bunyian tradisi Batak, dan pesan sosial yang kuat.
“Dari hari pertama hingga penutupan ini, JBAF #12 menjadi ruang perjumpaan ide, rasa, dan karya. Kami ingin festival ini bukan sekadar perayaan seni, tapi juga ruang refleksi akan siapa kita dan ke mana arah kebudayaan ini bergerak,” ujar Audrin Manurung, Direktur Jong Batak’s Arts Festival.
Dengan berakhirnya hari ke-11, JBAF #12 menutup tirainya dengan rasa syukur dan harapan agar energi muda, seni lokal, dan semangat kebersamaan yang tumbuh di festival ini terus menyala di tahun-tahun mendatang.“Sampai jumpa di Jong Batak’s Arts Festival #13!”