Ide Seni; Relasi Pangan

Cuaca yang berawan menjadi peneduh dalam seri diskusi kedelapan yang dilakukan oleh Jong Batak’s Arts Festival tahun 2025 di Teras Ruang Publik RKI, dengan menghadirkan sosok Mukhlis Hasbullah, seorang akademisi, komposer dan konten kreator serta Ibnu Avena sebagai moderator adalah bentuk diskusi yang guyub dengan soalan ide seni.

Mukhlis menuturkan ide seni secara konseptual adalah praktik diagram segitiga; ide–praktik–prototype/produk, pada lingkup kota Medan dan Sumatera Utara, ide seni layaknya hasil pemikiran, tidak terhitung jumlahnya dan terus bermunculan setiap hari, akan tetapi untuk lingkup geografis Sumatera Utara tidak banyak yang mampu sampai pada praktik atau diseminasi metodologi kerja, yang menurut Mukhlis, Jong Batak’s Arts Festival dengan konsistensi tahun penyelenggaraan ke 12 telah sampai pada tahapan tersebut.

Keterkaitan ide seni dan pangan juga tidak lepas dari proses mendefinisikan seni dan pangan sebagai dua entitas yang berbeda dalam satu kerangka berfikir, pelaku seni harus awas dan kritis terhadap proses pembentukan karya yang melibatkan dua entitas berbeda tersebut. Secara singkat, Mukhlis memberikan ilustrasi konsep berupa “high tehc, high touch” meminjam pemikiran Naisbitt untuk bisa mampu memberikan solusi terhadap arah praktik kultural yang berbasis ide dan praktik seni, masyarakat menjadi elemen utama dalam proses pembentukan karya, tidak hanya sekedar menjadi penonton semata. Sentuhan artistik penuh pendalaman (analitik) menjadi kekuatan pelaku seni untuk mendapatkan “roh” menjadikan praktik kehidupan menjadi panggung pertunjukan, walau tak menutup kemungkinan kehadiran pemangku kebijakan sebagai pengisi ruang administratif dan finansial. Mengunyah secara perlahan, begitu disampaikan moderator Ibnu Avena sebagai penyambung paparan diskusi ide seni oleh Mukhlis, untuk dapat menghadirkan produk seni yang bertanggung-jawab lewat serangkaian proses riset, uji coba yang ditempa pada dimensi ruang dan waktu sebagai bagian konsisten dan fokus perhatian.

Ide seni dan sentra pangan lokal adalah dua diskursus yang memerlukan pendalam ide, praktik hingga eksekusi untuk dapat menghadirkan realita terkini, termasuk juga penggunaan media sosial(high tech) untuk menyebarluaskan pemahaman dan hasil karya (high touch). Diskusi yang berlangsung tanpa terasa selama kurang lebih dua jam menjadi perbincangan hangat ketika udara malam semakin merasuk, pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan selama diskusi mengisi wacana seni yang kokoh secara konseptual dan maksimal secara karya. Ibnu menambahkan bahwa sosok personal memiliki alter-ego pada rupa dimensi yang berbeda, menyikapi pernyataan Mukhlis dalam menjawab pertanyaan Ramanta mengenai “Self-performance” dan “arts performance” bagi seorang pelaku seni. Begitupun dengan pertanyaan Kevin tentang tanggungjawab moral seorang pelaku seni terhadap ekologis dalam pembentukan karya, tentu tidak bisa lepas begitu saja. Melepaskan bebas kultural pada praktik seni adalah bagian proses kerja yang berimbas pada bentuk tanggungjawab moral terhadap ekologis, utamanya pembentukan karya.

Diskusi “ide seni” menjadi pembuka kotak pandora tentang seni sebagai ilmu dan praktik pada laju peradaban kehidupan, utamanya proses berkesenian di Sumatera Utara. Ide seni harus muncul sebagai orisinalitas karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara konsep dan praktik, bukan sekedar pengarusutamaan ego dalam karya dan sosok pelaku seni itu sendiri. Jong Batak’s Arts Festival lewat program; diskusi dan acara pada tahun ini mengedepankan pangan sebagai basis ide dan seni sebagai praktik ruang publik yang kuat pada tataran konsep dan mantap pada pertunjukan.
****

Penulis : Ibu Avena

adminrki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

JENIS
PENDAFTARAN