Jong Batak’s Arts Festival #12 – Menyelami “Penciptaan Seni Media” di Polimedia dan Operasi Asoy bersama Komunitas SASUDE

Medan, 21 Oktober 2025 – Memasuki hari ketiga penyelenggaraan Jong Batak’s Arts Festival (JBAF) #12, festival ini terus memperluas jejaring dan ruang dialog antara seniman, akademisi, dan komunitas lokal. Pada hari ini, JBAF melaksanakan road show ke Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Medan, menghadirkan tema “Penciptaan Seni Media” yang berfokus pada pertemuan antara praktik seni, teknologi, dan proses penciptaan di era digital.

Sesi ini menghadirkan tiga pembicara dari Nonblok Ekosistem – yakni Adhari Donora, Teuku Fariz, dan Erwin – yang berbagi tentang pengalaman mereka dalam menciptakan ruang-ruang kolaboratif berbasis media baru. Melalui pendekatan lintas disiplin, mereka mengajak mahasiswa untuk memandang media bukan sekadar alat, tetapi juga sebagai ruang hidup yang memengaruhi cara kita berpikir, berinteraksi, dan mencipta.

Dalam sesi ini, Nonblok Ekosistem menekankan pentingnya proses penciptaan yang berakar pada riset dan keterlibatan sosial, bukan hanya hasil karya akhir. “Seni media adalah soal membaca ulang relasi antara manusia, benda, dan lingkungan digital. Di situlah proses penciptaan menjadi relevan” ujar Adhari Donora dalam obrolannya.

Usai kegiatan di kampus, sore harinya festival melanjutkan agenda dengan kunjungan komunitas ke Sanggar Anak Sungai Deli (SASUDE). SASUDE, yang digerakkan oleh Lukman Hakim Siagian, dikenal sebagai ruang belajar alternatif bagi anak-anak dan warga bantaran Sungai Deli dalam pendidikan, lingkungan, dan ekspresi budaya. Di sana, Nonblok Ekosistem menghadirkan performa interaktif bertajuk “Operasi Asoy”, sebuah proyek artistik yang menggabungkan performans, riset sosial, dan keterlibatan warga sekitar sungai.

“Operasi Asoy” membuka ruang partisipatif dimana seniman dan warga bersama-sama menciptakan pengalaman artistik berbasis interaksi langsung. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk nyata semangat JBAF dalam membangun jembatan antara praktik seni dan gerakan sosial di tingkat komunitas. Melalui pendekatan yang cair dan kolaboratif, festival berupaya menumbuhkan kesadaran bahwa seni dapat tumbuh dari mana saja – dari ruang kampus hingga tepian sungai.

Direktur Festival Audrin Manurung menegaskan bahwa kegiatan hari ketiga ini memperlihatkan arah festival yang terus memperluas medan kerja seni ke ruang pendidikan dan komunitas akar rumput.

“Kami ingin JBAF menjadi ruang belajar bersama. Melalui tema Penciptaan Seni Media, kami membuka kemungkinan bagi seniman muda untuk membaca teknologi sebagai bagian dari kebudayaan, bukan ancaman. Dan lewat kolaborasi dengan komunitas seperti SASUDE, kami belajar bahwa kreativitas sejati tumbuh dari interaksi dan empati,” ujar Audrin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

JENIS
PENDAFTARAN