Jong Batak’s Arts Festival #12 : Membuka Ruang Budaya dan Mengundang Media untuk Berkolaborasi

Medan, September 2025 – Jong batak’s Arts Festival (JBAF) bersiap menggelar edisi ke-12 pada 18-28 Oktober 2025. Festival ini hadir sebagai ruang yang mempertemukan seniman, komunitas, dan masyarakat luas dalam perayaan seni dan budaya. Tahun ini, JBAF #12 mengusung tema “Pangan Lokal ; Ronggurnesia – Suara dari Akar Budaya yang Menggema ke Masa Depan”. dengan semangat menjadikan pangan sebagai pintu masuk untuk membicarakan identitas, keberlanjutan, serta warisan budaya.

Melalui tema ini, JBAF #12 menegaskan pentingnya pangan lokal, Bukan hanya sebagai konsumsi, tetapi juga sebagai identitas, ingatan kolektif, serta warisan yang menyatukan masyarakat. Festival ini akan menjadi ruang pertemuan lintas disiplin seni, ilmu pengetahuan, serta praktik kebudayaan yang merayakan hubungan manusia dengan tanah, air , dan hasil bumi.

Selama sebelas hari, JBAF #12 akan menampilkan :
Panggung Pertunjukan : Musik , Tari, Teater, dan ekspresi seni lintas disiplin
Diskusi dan Workshop : raung belajar bersama mengenai pangan, seni, dan kebudayaan.
– Pasaraya : Menampilkan produk, cerita, dan pengetahuan pangan tradisional.
– Program Regenerasi : melibatkan pelajar, mahasiswa, dan komunitas muda dalam rangkaian kreatif.
– Pameran dan Instalasi Seni : Menyoroti pangan lokal, lingkungan, dan kebudayaan.

Sejak berdiri, Jong Batak’s Arts Fesitval menjadi ruang kolaborasi yang terbuka, merangkul seniman muda dan senior, komunitas, serta masyarakat luas. Kehadirannya tidak hanya perayaan seni, tetapi juga sebuah ajakan untuk meneguhkan kembali hubungan manusia dengan akar budayanya.

” Dengan mengusung semangat “Ronggurnesia”, festival ini diharapkan dapat menjadikan gema suara-suara lokal yang menembus batas, menyuarakan harapan akan masa depan yang lebih berdaulat secara budaya dan pangan” ujar Audrin Manurung selaku Direktur Festival.

Tentang Jong Batak’s Arts Festival (JBAF)

Digelar pertama kali pada 2014, JBAF merupakan festival independen berbasis komunitas yang tumbuh dari inisiatif anak muda Batak. Selama 12 tahun, festival ini konsisten menghadirkan ruang bagi kreativitas, kolaborasi, dan refleksi budaya. Tema tahun ini menegaskan peran pangan lokal sebagai identitas kultural yang relevan untuk masa depan.

adminrki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

JENIS
PENDAFTARAN